Mengkaji karya J. Ariadhitya Pramuhendra “Tubuhku Adalah Bagian Dari Tubuhmu” dengan teori semiotka pragmatik

(“Tubuhku Adalah Bagian Dari Tubuhmu” 200x145cm, Charcoal on Canvas)

Karya yang berjudul ‘Tubuhku Adalah Bagian Dari Tubuhmu’ adalah salah satu karya tugas akhir milik seorang seniman muda bernama Julius Ariadhitya Pramuhendra, dibuat pada tahun 2007 tepat disaat Hendra sapaan dari Pramuhendra ini menyelesaikan program sarjananya di FSRD Institut Teknologi Bandung, jurusan Seni Grafis.

Pada penggayaan karya-karya seninya, Hendra seringkali mengangkat isu religius dalam dirinya, dan bahkan menyosokan dirinya sebagai icon religius suatu agama, tentunya agama yang dianutnya. Berikut ini adalah ungkapan dirinya perihal penyosokan yang dimaksud:

“ I believe that god lives within me and i can only find God within me. Sometimes we can only imagine, what if we were there,Sit right next to them,what they were discussing, what they were feeling, what they were imagining…”  Just imagine – J. Ariadhitya Pramuhendra

(http://cemara6galeri.wordpress.com/event-2008/online-catalogue-on-last-supper-by-ja-pramuhendra/)

Kutipan tersebut diambil dari pameran tunggal perdana J. A. Pramuhendra ‘On  Last Supper’ di Cemara 6 Galeri, tahun 2008 lalu. Keseluruhannya baik pada karya yang dipamerkan pada pameran perdananya tersebut atau karya yang akan saya kaji memiliki satu tema yakni tema yang kental akan nilai religiusitas dalam diri sipembuatnya.

Lebih lanjut lagi  Y. H. Christyanto, OSC  seorang biarawan Ordo Salib Suci yang ikut menulis tulisan sambutan dalam katalog ‘On Last Supper’ memaparkan nilai-nilai religius yang dia temukan dalam karya Pramuhendra. Beliau menjabarkan tema lukisan Pramuhendra dilihat dari beberapa kemungkinan, yakni;

  • Perjalanan religiusitas artinya pelukis mau melihat religiositas dunia seperti apa dunia itu dalam pandangannya.
  • Perjalanan iman; Lukisan sebagai media perjalanan iman pribadi sebagai seorang Kristiani. Pengalaman pertobatan, pengalaman dengan realitas Ilahi yang diyakini dan diamini. Pengalaman iman dengan pasang surut kepercayaan (degradasi iman, konsolasi, desolasi, keterpurukan, kebersyukuran, kekosongan). Bahkan kekosongan yang mencoba dimaknai lebih.
  • Perjalanan estetis; Pelukis mengalami perkembangan iman yang dimaknai lewat peziarahan estetis seni. Saat ini adalah seni lukis. Lukisan bukan sekedar masalah yang dikuliti dari sisi seni melulu tapi sebagai sebuah perjalanan makna dalam kontemplasi (permenungan dalam pencitraan yang menggunakan imajinasi dan imaji sebagai sarananya).

(http://cemara6galeri.wordpress.com/event-2008/online-catalogue-on-last-supper-by-ja-pramuhendra/)

Dari poin-poin tersebut kita menarik benang merah antara karya-karya  Pramuhendra dari pameran tunggalnya ‘On Last Supper’ dengan karya visual yang diambil dari karya Tugas Akhirnya yang berjudul ‘Tubuhku Adalah Bagian Dari Tubuhmu’, walaupun ada perbebedaan tahun pembutan dan tujuan pembuatan karya namun persoalan religius nampak dari pemaparan visualnya. Pemaparan visual tersebut bisa dikaji lewat bahasa visual, lebih spesifik lagi pengkajian sebuah tanda visual.

Dalam hal ini adanya tanda visual yang ingin disampaikan oleh Pramuhendra bisa kita kaji lebih detail dengan metode pendekatan semiotika. Pendekatan semiotika yang dikhususkan pada komunikasi tanda, dalam hal ini rujukan bisa diambil dari teori Charles Sanders Peirce.

C. S. Peierce adalah seorang filsuf berkebangsaan Amerika yang mengembangkan filsafat pragmatisme melalui kajian semiotik. Bagi Peirce, tanda  “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity.”                                                                                   

(http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika)

Pada karya Pramuhendra yang saya kaji ini, tidak terdapat informasi secara spesifik mengenai konsep karya. Kemungkinan Pramuhendra masih meraba-raba, dalam hal ini Pramuhendra hanya menyisipkan satu judul bertema religius diantara enam karya lain yang murni potret dirinya dan kawan terdekatnya, bisa jadi karya ‘Tubuhku Adalah Bagian Dari Tubuhmu’ ini adalah tolak ukur karya Pramuhendra kedepannya.

Kita akan “membedah” karya Pramuhendra ini dengan konsep triadic milik Pierce, pertama ialah mengkaji representamen atau tanda yang dikomunikasikan dalam karya ‘Tubuhku Adalah Bagian Dari Tubuhmu’. Posisi tangan dan kaki adalah point of interest lukisan ini, dimana posisi kaki sedikit menyilang dan kedua tangan terlentang membentuk sudut 180°, terakhir tubuh yang hanya terbalut celana dalam. Pose seperti ini memperlihatkan sifat berserah , hal ini merujuk pada pendekatan konten Qualisign atau qualityQualisign sendiri  menafsirkan tanda berdasarkan sifatnya. Selanjutnya posisi berserah ini mengingatkan akan ilustrasi yang umum kita lihat pada kejadian kematian Yesus, yang juga dikenal dengan kejadian penyaliban Yesus. Dan penggambaran seperti itu sudah menjadi konvensi atas ilustrasi Yesus dipenjuru dunia, hal tersebut mengacu pada pendekatan konten legisign atau lex, legisign merupakan tanda berdasarkan suatu peraturan yang berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode. Namun ada beberapa kejanggalan ditahap ini, dimana tidak adanya holy cross atau salib suci yang ikut menjadi satu paket dalam konvensi ilustrasi kematian Yesus, dan ini menjadikan suatu interpretan yang beda nantinya (yang nanti akan dibahas pada cakupan interpretan). Selanjutnya bergerak ke Sinsign atau singular. Sinsign merujuk tanda-tanda yang menjadi tanda berdasarkan bentuk atau rupanya di dalam kenyataan. Pramuhendra yang menyosokan dirinya sebagai Yesus dalam kejadian penyaliban Yesus,  membuat Pramuhendra mengilustrasikan senyata-nyatanya kejadian tersebut. Pramuhendra membuat tanda baru akan keberadaan Yesus, kita bisa menerjemahkan bahwa Pramuhendra membuat entitas baru dari keberadaan Yesus.

Sampai tahap ini kita sudah menemukan objek dari rujukan Pramuhendra yang tidak lain adalah icon spiritual dari agama yang dianutnya. Icon sendiri adalah tiruan tidak sempurna dari rujukannya atau lebih spesifik lagi, icon ialah Hubungan antara tanda dan acuannya dapat berupa hubungan kemiripan. Yang pada kasus ini adalah Pramuhendra adalah icon dari Yesus dan Yesus adalah icon keagungan dari agama Nasrani. Bisa kita rentetkan lebih ringkas bahwa Pramuhendra adalah icon yang meniru icon, dan bilamana kita melihat pose Pramuhendra pada karya ‘Tubuhku Adalah Bagian Dari Tubuhmu’ maka kita akan langsung teringat akan kejadian penyaliban Yesus, Hubungan tersebut dapat timbul karena ada kedekatan eksistensi, ada sebab akibat didalamnya yang pada pendekatannya merujuk pada konten index. Dan selanjutnya kita akan mendapatkan keberadaan Pramuhendra dalam lukisan ‘Tubuhku Adalah Bagian Dari Tubuhmu’ ialah symbol dari Yesus.

Pada tahap akhir kita akan mengkaji Interpretant atau efek yang ditimbulkan dari lukisan ‘Tubuhku Adalah Bagian Dari Tubuhmu’. disini kita akan membedah secara spesifik lagi kemungkinan yang akan di interpretasikan oleh orang yang melihat karya Pramuhendra tersebut, termasuk sudut pandang sipembuatnya. Ada tiga kategori, immediate interpretant (makna pertama), dynamic interpretant (makna dinamis), final interpretant (makna akhir). Pada immediate interpretan kita hanya akan membaca antara Pramuhendra dan Yesus dua hal yang berbeda, dan apabila kita membincangkan karya ‘Tubuhku Adalah Bagian Dari Tubuhmu’ kita tidak akan serta merta mengingat Yesus, kita hanya mengingat Pramuhendra dan Yesus dua hal yang berbeda, namun disatukan dalam satu karya. Pada tahap dynamic interpretant kita akan kembali mengulas tentang holy cross atau salib suci yang telah disinggung sebelumnya, holy cross itu sendiri menyimbolkan sacrifice atau dalam bahasa indonesia adalah pengorbanan (http://en.wikipedia.org/wiki/Christian_cross)

Simbol pengorbanan tersebut tidak pernah dimasukan dalam pengkaryaan-pengkaryaan Pramuhendra, baik karya yang saya kaji sekarang atau karya-karya selanjutnya. jadi dia hanya menyosoki Yesus saja tapi tidak ingin membawa simbolisasi pengorbanan pada karyana, kemungkinan terlalu sacral. Absennya holy cross memunculkan makna dinamis dari karya tersebut. terakhir ialah pemaknaan akhir atau final interpretan, dalam hal ini kita akan memusatkan satu pemaknaan yang bersifat statis dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Yakni bagaimana kita melihat Pramuhendra sebagai Yesus, dan bilamana kita membicarakan karya  ‘Tubuhku Adalah Bagian Dari Tubuhmu’ kapanpun, dimanapun, dalam kondisi apapun, kita akan mengingat Yesus.

            Demikianlah pengkajian saya terhadap karya Julius Ariadhitya Pramuhendra yang berjudul Tubuhku Adalah Bagian Dari Tubuhmu’. Dapat disimpulkan bahwa Pramuhendra menyimbolisasikan dirinya sebagai Yesus yang tak lain ialah icon keagungan dalam agamanya. Keberaniannya  tak lepas dari pencarian, pendekatan dan pemahaman spiritualitasnya, bahwa seperti disinggung diawal pembahasan bahwa dia percaya Tuhan ada  didalam dirinya, dan pada karyanya lah dia menyosokinya.

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber

(http://pramuhendra.com/artwork-year/2007/#Tubuhku%20Adalah%20Bagian%20Dari%20Tubuhmu)

(http://cemara6galeri.wordpress.com/event-2008/online-catalogue-on-last-supper-by-ja-pramuhendra/)

(http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika)

(http://kapita-fikom-915080162.blogspot.com/2011_03_01_archive.html)

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kematian_Yesus)

(http://en.wikipedia.org/wiki/Christian_cross)

 

Cimahi, 13 April 2012

One thought on “Mengkaji karya J. Ariadhitya Pramuhendra “Tubuhku Adalah Bagian Dari Tubuhmu” dengan teori semiotka pragmatik

Leave a reply to satrio Cancel reply